EPILOGUE
Terkadang loyalitas menghalangimu melakukan hal yang kau inginkan.
Terkadang kau tak bisa menceritakan rahasia itu karena tidak berhak menceritakannya
Aku seperti bulan yang tersesat.
Planetku hancur dalam skenario film tentang kepedihan hati,
yang menimbulkan perubahan besar yang tetap,
walau bagaimanapun, bergerak dalam orbitnya yang kecil dan mengitari ruang angkasa yang kosong
Aku berusaha sebisa mungkin
hidup dimasa kini,
tanpa masa lalu yang menghilang
dan masa depan yang menjelang
terlarang untuk diingat
takud tuk dilupakan
Aku sadar tak ada apa2 yang bisa dicari
tak ada apa2 yang bisa ditemukan
kecuali hutan yang kosong
dan tak ada apa2 lagi untuk ku
tak ada apa-apa…kecuali
KEHAMPAAN…
dan jika kepedihan ini
bisa cukup mereda
Hingga mampu melupakannya,
Aku yakin akan merasa bersyukur
atas waktu yang pernah ia berikan pada ku.
Lebih dari yang ku minta,
lebih dari yang pantas ku terima…
Mungkin suatu saat nanti
aku bisa melihat seperti itu
Waktu berlalu.
Bahkan saat rasanya mustahil, waktu tetap terus berjalan
Bahkan disaat setiap detik pergerakan jarum jam terasa menyakitkan.
Bagai denyut nadi di balik luka memar.
Waktu seakan berlalu dijalan yang tidak rata,
bergejolak dan diseret-seret,
namun terus berjalan. Bahkan bagiku.
Itu membuatku merasa TOLOL,
karena berpikir untuk selalu menepati janjiku.
Dimana logoisnya,
menepati kesepakatan yang sudah dilanggar pihak satunya?
Siapa yang peduli kalau aku melakukan perbuatan TOLOL?
Tak ada alasan kenapa aku tak boleh melakukan hal TOLOL…
toh…aku tak punya pikiran…
Pikiran ku yang mati…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar